Gangguan Psikomatis Pada Kasus COVID-19

Kasus Covid-19 di Indonesia pertama kali dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020, sebanyak 2 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Secara resmi diumumkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 4 Maret 2020. Pada tanggal 11 Maret 2020 Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan penyakit Covid-19 sebagai wabah global. Semenjak itu penambahan kasus terus terjadi secara signifikan di sejumlah wilayah di Indonesia.

Pandemi ini tidak hanya menyebabkan kekhawatiran publik utamanya pada bagaimana virus ini memberikan dampak tidak hanya pada dimensi kesehatan tetapi juga dimensi kemanusiaan, sosial dan ekonomi secara lebih luas. Selama pandemi terjadi kecemasan di masyarakat. Apalagi setiap hari, semua media baik cetak maupun elektronik memberikan kabar terkini terkait virus tersebut. Hal ini menyebabkan kepanikan tersendiri dan terkadang membuat sebagian orang mulai merasakan gejala seperti gejala yang dialami seseorang yang mengidap Covid-19. Padahal sebenarnya orang tersebut tidak terpapar virus Covid-19, tetapi menderita gangguan yang disebut sebagai gangguan psikosomatis.

  1. Apa itu Gangguan Psikosomatis

Psikosomatis terdiri dari dua kata yaitu pikiran (psyche) dan tubuh (soma). Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang melibatkan pikiran dan tubuh, di mana pikiran memengaruhi tubuh hingga penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Istilah gangguan psikosomatis digunakan untuk menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh faktor psikis atau mental, seperti stres dan rasa cemas.  Sedangkan dalam istilah psikologi, psikosomatis atau penyakit “fungsional” merupakan kondisi yang menyebabkan rasa sakit dan masalah pada fungsi tubuh, walaupun tidak ditemukan kelainan

pada pemeriksaan fisik, maupun pemeriksaan penunjang seperti Rontgen atau tes darah.

 

  1. Apa Penyebab Gangguan Psikosomatis

Meskipun hingga sekarang penyebab pastinya belum jelas, ada beberapa hal yang diduga berkaitan dengan munculnya reaksi ini. Salah satunya adalah peningkatan hormon adrenalin dan hormon stres. Misal ketika seseorang sedang dikejar anjing, secara alami tubuh akan mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol yang tujuannya untuk meningkatkan respons tubuh agar siap menghadapi bahaya.

Pada kondisi pandemi covid sekarang ini dimana obat dan vaksin pencegah belum diketemukan, penambahan jumlah kasus  tiap hari semakin meningkat, penularan yang semakin sulit dideteksi karena lebih banyak ditularkan melalui orang tanpa gejala (OTG), diperparah berita, rumor dan informasi yang berkembang lewat media internet yang belum dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, membuat rasa takut dan cemas akan semakin meningkat. Perasaan ini akan membuat tubuh menyangka bahwa sedang dalam masalah, lalu mengeluarkan hormon adrenalin dan kortisol.

Namun bila hormon ini keluar di saat seseorang sebenarnya dalam keadaan aman, justru akan merasakan keluhan-keluhan seperti umumnya yang dialami penderita covid-19 seperti demam, batuk-batuk, sakit kepala  demam dan sesak nafas.Hal ini wajar terjadi di masa-masa seperti ini, apalagi di tengah aturan phsysical distancing membuat seseorang merasa semakin terasing dan kesepian. Tiap orang akan berbeda kondisinya dalam menghadapi situasi Covid-19 ini. Keadaan mental seseorang sangat mempengaruhi seberapa buruk gejala yang timbul.

  1. Bagaimana Cara Mengatasi Gangguan Psikosomatis

Ada beberapa cara yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan psikosomatis yaitu :

  1. Batasi Membaca Informasi tentang Covid dalam Sehari

Batasi membaca dan mencari berita mengenai Covid-19 untuk sementara waktu. Dalam pidatonya, pimpinan WHO bahkan menyarankan kita untuk mencari berita tentang wabah ini tidak lebih dari 1–2 kali sehari. Hindari membaca atau mencari informasi dari berbagai sumber. Pilih berita yang bisa dipastikan berasal dari sumber yang terpercaya.

  1. Batasi Penggunaan Media Sosial

Media sosial seperti chat group yang sekiranya akan berdampak negatif serta banyak menyebarkan informasi yang mencemaskan dan tidak perlu, sebaiknya dihindari dulu. Bergabunglah dalam grup, komunitas online yang positif, produktif dan kreatif

  1. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas yang Disukai

Daripada mendengar atau membaca informasi yang tidak jelas kebenarannya, lebih baik lakukan kegiatan yang disenangi misal membaca novel, berkebun, memasak atau hal positif lainnya di dalam rumah.

  1. Jaga Pola Hidup yang Sehat

Makan makanan bergizi dan hindari makanan yang tidak sehat, tidur cukup, berjemur dan olahraga di rumah, selalu biasakan cuci tangan pakai sabun, pakai masker dan terapkan jaga jarak.

  1. Pertahankan Hubungan Sosial dengan Tetap Menjaga Jarak Fisik dan Sosial

Misalnya dengan mengobrol secara online, bertukar kabar dengan teman, Bahkan bisa beraktifitas bersama melalui berbagai media online

  1. Konseling

Lakukan konsultasi dengan tenaga profesional jika membutuhkan, misalnya dengan melakukan online counseling.

Apabila sudah menjaga kesehatan, membatasi informasi negatif, sudah berperilaku produktif, dan berpikiran positif kemudian gejala-gejala yang dirasakan hilang berarti itu merupakan gangguan psikosomatis. Sebaliknya kalau gejala tersebut tidak hilang dalam waktu cukup lama, maka sebaiknya jangan melakukan diagnosis atau asumsi sendiri. Sebaiknya, segera berkonsultasi dengan dokter dan mengikuti anjuran tenaga medis yang berkompeten.

Daftar Pustaka :

  1. Strategi Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) dalam Pencegahan Covid-19 diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Tahun 2020
  2. https://health.grid.id/read/351660130/mengatasi-psikosomatis-stres-pikiran-yang-sebabkan-penyakitfisik?page=all
  3. https://www.alodokter.com/batuk-batuk-setelah-membaca-informasi-covid-19-mungkin-itu-gangguan-psikosomatik
  4. https://www.halodoc.com/efek-panik-baca-berita-corona-waspada-gejala-psikosomatis
  5. ttps://www.alodokter.com/gangguan-psikosomatis-ketika-pikiran-menyebabkan-penyakit-fisik
  6. https://kids.grid.id/read/472081382/merasa-alami-gejala-virus-corona-setelah-baca-ciri-cirinya-begini-cara-bedakan-dengan-psikosomatis?page=all

Best Regrads : Ita Mustikasari